1.1 Klasifikasi Morfem
1.1.1
Klasifikasi morfem
A.
Morfem
bebas dan morfem tak bebas (terikat)
1. Morfem Bebas
Morfem bebas adalah morfem yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai arti tanpa
harus dihubungkan dengan morfem lain. Semua kata dasar tergolong sebagai morfem
bebas. Misalnya buku, pensil, meja, rumah dan sebagainya. Contoh-contoh di atas
dikatakan morfem karena merupakan bentuk terkecil yang dapat berdiri sendiri
dan mempunyai arti. Apabila bentuk itu kita pecah lagi, sehingga menjadi bu-
ku, me- ja, pen- sil, ru- mah, dan seterusnya, maka bentuk bu- dan bentuk ku
tidak mempunyai arti. Dengan demikian bentuk buku, meja, pensil dan rumah tidak
dapat dipecah lagi. Bentuk yang demikian itulah yang disebut morfem bebas.
2. Morfem Terikat
Morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dan tidak
mempunyai arti. Makna morfem terikat baru jelas setelah morfem itu dihubungkan
dengan morfem yang lain. Semua imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta
kombinasi awalan dan akhiran) tergolong sebagai morfem terikat. Selain itu,
unsur-unsur kecil seperti partikel –ku, -lah, -kah, dan bentuk lain yang tidak dapat
berdiri sendiri, juga tergolong sebagai morfem terikat.
·
Morfem terikat apabila ditinjau dari
segi tempat melekatnya dapat dibedakan menjadi:
Ø Prefiks
(awalan) : me-, ber-,
ter-, di-, ke-, pe-, per-, se-
Ø Infiks (sisipan)
: -em, -el, er-
Ø Sufiks (akhiran)
: -an, -i, -kan, -nya, -man, -wati,
-wan, -nda
Ø Konfiks(gabungan) :
ke+an,pe+an,per+an,me+kan,di+kan,me+per+kan,di+per+kan,me+per+i,di+per+i,
ber+kan, ber+an.
·
Morfem terikat apabila ditinjau dari
asal usulnya, maka dapat dibedakan menjadi:
Ø Morfem
terikat asli bahasa Indonesia ; lihat contoh-contoh di atas.
Ø Morfem
terikat dari bahasa asing, misalnya ;
o Bahasa
Sansekerta : pra, swa, maha, pri,
wan, man, wati
o Bahasa
Barat : is, istis,
isme, isasi, if, or, om, us, re, de,
di, en, ab, in, eks, mon.
di, en, ab, in, eks, mon.
o
Bahasa
Arab
: i, wi, ani, ni, iah, at, mun, mat.
B.Morfem
utuh dan morfem terbagi
a. Morfem Utuh, yaitumorfem yang
merupakansatukesatuan yang utuh.
Misalnya, meja, kursi, rumah, henti, juang, dansebagainya.
Misalnya, meja, kursi, rumah, henti, juang, dansebagainya.
b. Morfem Terbagi, yaitumorfem yang
merupakanduabagian yang terpisahatauterbagi. Misalnya, pada kata satuan (satu) merupakanmorfemutuhdan
(ke-/-an) adalahmorfemterbagi.Semuaafiksdalambahasa Indonesia
termasukmorfemterbagi.
C.
Morfem
segmental dan suprasegmental
Perbedaan morfem segmental dan suprasegmental
berdasarkan jenis fonem yang membentuknya. Morfem segmental adalah morfem yang
dibentuk oleh fonem-fonem segmental seperti morfem {lihat}, {lah}, {sikat}, dan
{ber}. Jadi semua morfem yang berwujud bunyi adalah morfem segmental. Sedangkan
morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur
suprasegmenntal seperti tekanan, nada, durasi, dan sebagainya. Misalnya, dalam
bahasa Ngbaka di Kongo Utara di benua Afrika, setiap verba selalu disertai
dengan petunjuk kala (tense) yang berupa nada.
D.
Morfem
beralomorf zero/nol
Dalam linguistik
deskriptif, ada konsep mengenai morfem beralomorf zero atau nol (lambangnya
berupa Ø), yaitu morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi
segmental maupun berupa prosodi (unsur suprasegmental), melainkan berupa
”kekosongan”.
·
Bentuk tunggal : I have a book ; I have a sheep
·
Bentuk jamak : I have two books ; I have two sheep
·
Kata kini : They call me; They hit me
·
Kata lampau : They called me; They hit me
Bentuk tunggal untuk book adalah books dan bentuk jamaknya adalah books; bentuk tunggal untuksheep adalah sheep dan bentuk jamaknya adalah sheep juga. Karena bentuk jamak untuk books terdiri dari dua buah morfem, yaitu morfem {book} dan morfem {-s}, maka dipastikan bentuk jamak untuk sheepadalah morfem {sheep} dan morfem {Ø}. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa {Ø} merupakan salah satu alomorf dari morfem penanda jamak dalam bahasa Inggris.
E.
Morfem bermakna
leksikal dan tak bermakna leksikal
·
Morfem Bermakna Leksikal, yaitu
morfem-morfem yang secara inher telah memiliki makna pada dirinya sendiri,
tanpa perlu berproses dengan morfem lain. Misalnya, morfem-morfem seperti
(kuda), (pergi), (lari), dan sebagainya adalah morfem bermakna leksikal.
Morfem-morfem seperti itu sudah dapat digunakan secara bebas dan mempunyai
kedudukan yang otonom dalam pertuturan.
·
Morfem Tak Bermakna Leksikal, yaitu
morfem-morfem yang tidak mempunyai makna apa-apa pada dirinya sendiri sebelum
bergabung dengan morfem lainnya dalam proses morfologis. Misalnya,
morfem-morfemafiks (ber-), (me-), (ter-), dansebagainya
1.1.2
Morfem
dasar, pangkal dan akar
Sebuah morfem dasar
dapat menjadi sebuah bentuk dasar atau dasar (base) dalam suatu proses
morfologi. Artinya, bisa diberi afiks tertentu dalam proses afiksasi, bisa
diulang dalam suatu proses reduplikasi, atau bisa digabung dengan morfem lain
dalam suatu proses morfologi. Istilah pangkal (stem) digunakan untuk menyebut
bentuk dasar dalam proses infleksi, atau proses pembubuhan afiks infleksi.
Misalnya, dalam bahasa Inggris kata books pangkalnya
adalah book. Dalam bahasa
Indonesia, kata menangisi pangkalnya adalah tangisi. Akar atau (root) digunakan untuk menyebut bentuk
yang tidak dapat dianalisis lebih jauh lagi. Misalnya