4.1 MORFOFONEMIK
Morfofonemik adalah cabang linguistik yang
mempelajari perubahan bunyi diakibatkan adanya pengelompokkan morfem. Nelson francis (1958) menyatakan bahwa morfofonemik
mempelajari variasi-variasi yang tampak pada struktur fonemik alomorf-alomorf
sebagai akibat pengelompokkan menjadi kata. Samsuri
(1982:28) bahwa morfofonemik merupakan studi tentang perubahan-perubahan fonem
yang disebabkan hubungan dua morfem atau lebih serta pemberian tanda-tandanya. Morfofonemik mempelajari
perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan
morfem lain (Ramlan, 1985:75). Menurut Sumadi (2010:140) morfofonemik ialah
“perubahan fonem” yang terjadi akibat bertemunya morfem yang satu dengan morfem
yang lain. Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Zaenal Arifin dan Junaiyah
(2009:16) morfofonemik ialah proses berubahannya suatu fonem menjadi fonem lain
sesuai dengan fonem awal kata yang bersangkutan.
Jadi dapat saya
simpilkan bahwa morfofonemik yaitu
prosesperubahan fonem yang ditimbul akibat adanya pertemuan antar morfem dengan
morfem lain.
4.1.1 Jenis perubahan Morfofonemik
Berikut
akan dibicarakan beberapa jenis perubahan fonem dan bentuk-bentuk morfofonemik
pada beberapa proses morfologi.





Pemunculan fonem Pelepasan fonem Peluluhan fonem Perubahan fonem Pergeseran fonem
a) Pemunculan fonem,
yakni munculnya fonem (bunyi) dalam proses morfologi yang pada mulanya tidak
ada. Misalnya, dalam proses pengimbuhan prefixme- pada dasar baca akan memunculkan bunyi sengau [m]
yang semula tidak ada.
b) Pelepasan fonem,
yakni hilangnya fonem dalam suatu proses morfologi. Misalnya, dalam proses
pengimbuhan prefix ber- dilesapkan. Juga, dalam proses
pengimbuhan “akhiran” wan pada dasar sejarah, maka fonem /h/ pada dasar sejarah itu dilesapkan. Contoh lain, dalam
proses pengimbuhan “akhiran” –nda pada
dasar anak, maka fonem /k/ pada dasar itu
menjadi lesap atau dihilangkan.
c) Peluluhan fonem,
yakni luluhnya sebuah fonem serta disenyawakan dengan fonem lain dalam suatu
proses morfologi. Umpamanya, dalam pengimbuhan prefiks me- pada dasar sikat, maka fonem /s/ pada kata sikat itu diluluhkan dan disenyawakan
dengan fonem nasal /ny/ yang ada pada prefiks me- itu. Juga terjadi pada proses
pengimbuhan prefiks pe.
d) Perubahan fonem,
yakni berubahnya sebuah fonem atau sebuah bunyi, sebagai akibat terjadinya
proses morfologi. Umpamanya, dalam pengimbuhan prefiks ber- pada dasar ajar terjadi perubahan bunyi, dimana
fonem /r/ berubah menjadi fonem /l/.
e) Pergeseran fonem,
yaitu berubahnya posisi sebuah fonem dari satu suku kata ke dalam suku kata
yang lainnya. Umpamanya, dalam pengimbuhan sufiks –Ipada dasar lompat, terjadi pergeserab dimana fonem
/t/ yang semula berada pada suku kata pat menjadi
berada pada suku kata ti.
Demikian
juga dalam pengimbuhan sufiks –an pada dasar jawab. Disini fonem /b/ yang semula
berada pada suku kata wab berpindah menjadi berada pada suku
kata ban.
4.1.2 Morfofonemik pembentukan kata bahasa Indonesia
Morfofonemik dalam pembentukan kata bahasa Indonesia terutama
terjadi dalam proses afiksasi. Dalam proses reduplikasi dan komposisi hamper
tidak ada. Dalam proses afiksasi pun terutama, hanya dalam prefiksasi ber-, prefiksasi me-,prefiksasi pe-, prefiksasi per-, konfeksasi pe-an, konfeksasi per-an, dan sufiksasi–an.





prefiksasi ber- Prefiksasi me- Prefiksasi pe- dan konfiksasi pe-an Sufiksasi –an Prefiksasi ter-
a) Prefikasi ber-
Morfofonemik
dalam proses pengimbuhan prefiks ber- berupa : pelepasan fonem /r/ pada
prefiks ber- itu, perubahan fonem /r/ pada
prefiks ber- itu menjadi fonem /l/, dan
pengekalan fonem /r/ yang terdapat prefiks ber itu.
1. Pelepasan fonem /r/ pada prefiks ber- itu terjadi apabila bentuk dasar
yang diimbuhi mulai dengan fonem /r/, atau suku pertama bentuk dasarnya
berbunyi [er].
2. Perubahan fonem /r/ pada prefiks ber- menjadi fonem /l/ terjadi bila
bentuk dasarnya akar ajar, tidak ada contoh lain.
3. Pengekalan fonem /r/ pada prefiks ber- tahap /r/ terjadi apabila bentuk
dasarnya bukan yang ada pada (1) dan (2) di atas.
b) Prefiksasi me- (termasuk klofiks me-kan dan me-i)
Morfofonemik
dalam proses pengimbuhan dengan prefiks me- dapat berupa pengekalan fonem,
penambahan fonem, dan peluluhan fonem.
1. Pengekalan fonem disini artinya tidak ada fonem yang berubah,
tidak ada yang dilepaskan dan tidak ada yang ditambahkan. Hal ini terjadi
apabila bentuk dasarnya diawali dengan konsonan /r, l, w, m, n, ng, dan ny/.
2. Penambahan fonem, yakni penambahan fonem nasal /m, n, ng, dan
nge/. Penambahan fonem
nasal /m/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /b/ dan /f/.
umpamanya.
Me + baca membaca
Ø Penambahan fonem nasal /n/ terjadi apabila bentuk dasarnya
dimulai dengan konsonan /d/. umpamanya. Me
+ dengar mendengar
Ø
Penambahan fonem nasal
/ng/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /g, h, kh, a, l,
u, e, dan o/. Contoh : Me + goda menggoda
Ø Penambahan fonem nasal /nge/ terjadi apabila bentuk dasarnya
hanya terdiri dari sati kata. Misalnya: Me
+ cat mengecat
3. Peluluhan fonem terjadi apabila prefiks me- diimbuhkan pada bentuk dasar yang
dimulai dengan konsonan bersuara /s, k, p, dan r/. dalam hal ini konsonan /s/
diluluhkan dengan nasal /ny/, konsonan /k/ diluluhkan dengan nasal /ng/.
konsonan /p/ diluluhkan dengan nasal /m/, dan konsonan /t/ diluluhkan dengan
nasal /n/. Misalnya:Me + dengar mendengar
c) Prefiksasi pe- dan konfiksasi pe-an
Morfofonemik
dalam proses pengimbuhan dengan prefiks pe- dan konfikspe-an sama dengan morfofonemik yang
terjadi dalam proses pengimbuhan dengan me-, yaitu pengekalan fonem, penambahan
fonem dan peluluhan fonem.
1.
Pengekalan fonem, artinya
tidak ada perubahan fonem, dapat terjadi apabila bentuk dasarnya diawali dengan
konsonan /r, l, y, m, n, ng, dan ny/.
2.
Penambahan fonem, yakni
penambahan fonem nasal /m, n, ng, dan nge/ antara prefiks dan bentuk dasar.
Penambahan fonem nasal /m/ terjadi apabila bentuk dasarnya diawali oleh
konsonan /b/.
3.
Penambahan fonem nasal /n/
terjadi apabila bentuk dasarnya diawali oleh konsona /d/.
4.
Penambahan fonem nasal /ng/ terjadi
apabila bentuk dasarnya diawali dengan konsonan /g, h, kh,
a, l, u, e, dan o/.
5.
Penambahan fonem nasal /nge/ terjadi
apabila bentuk dasarnya berupa bentuk dasar satu suku.
6.
Peluluhan fonem, apabila prefiks pe- (atau pe-an) diimbuhkan pada bentuk
dasar yang diawali dengan konsonan bersuara /s, k, p, dan t/. Dalam hal ini
konsonan /s/ diluluhkan dengan nasal /ny/, konsonan /k/ diluluhkan dengan nasal
/ng/, konsonan /p/ nasal /n/. Perifikasi per- dan konfiksasi per-an
Morfofonemik
dalam pengimbuhan prefiks per- dan konfiks per-an dapat berupa pelepasan fonem /r/
pada prefiks per- itu, perubahan fonem /r/ dari
prefiks per-an itu menjadi fonem /l/, dan
pengekalan fonem /r/ tetap /r/.
1.
Pelepasan fonem /r/
terjadi apabila bentuk daasrnya dimulai dengan fonem /r/ atau suku pertamanya
/er/.
2.
Perubahan fonem /r/
menjadi /l/ terjadi apabila bentuk dasarnya berubah kata ajar. Pengekalan finem /r/ terjadi apabia
bentuk dasarnya bukan yang disebabkan pada a dan b di
atas.
d) Sufiksasi –an
Morfofonemik
dalam pengimbuhan sufiks –an dapat
berupa permunculan fonem dan pergeseran fonem.
1. Pemunculan fonem, ada tiga macam fonem yang dimunculkan dalam
pengimbuhan ini, yaitu fonem /w/, fonem /y/, dan fonem glottal /?/. Pemunculan
fonem /w/ dapat terjadi apabila sufiks –an
2. Pergeseran fonem, terjadi apabila sufiks –an itu diimbuhkan pada bentuk dasar
yang berakhiran dengan sebuah konsonan. Dalam pergeseran ini, konsonan tersebut
bergeser membentuk suku kata baru dengan sufuk –antersebut.
e) Prefiksasi ter-
Morfofonemik
dalam proses pengimbuhan dengan prefiks ter- dapat berupa pelepasan fonem /r/
dari prefiks ter- itu, perubahan fonem /r/ dari
prfiks ter-itu menjadi
fonem /l/, dan pengekalan fonem /r/ itu.
(1)
Pelepasan fonem dapat
terjadi apabila prefiks ter- itu diimbuhkan pada bentuk dasar
yang dimulai dengan konsonan /r/.
(2)
Perubahan fonem /r/ pada
prefiks ter- menjadi fonem /l/ terjadi apabila
prefiks ter- itu diimbuhkan pada bentuk dasar anjur.
(3)
Pengekalan fonem /r/ pada
prefiks ter- tetap menjadi /r/ apabila prefikster- itu diimbuhkan pada bentuk dasar
yang bukan disebutkan pada a dan b diatas.
4.2 Bentuk Nasal Dan Tak Bernasal
Hadir dan tidaknya bunyi nasal dalam
pembentukan kata bahasa Indonesia sangat erat kaitannya dengan tiga hal, yakni
: pertama, tipe verba yang
“menurunkan” bentuk kata itu; kedua,
upaya pembentukan kata sebagai istilah; ketiga,
upaya pemberian makna tertentu.
a. Kaitan dengan tipe verba
Dalam bahasa Indonesia ada empat macam
tipe verba dalam kaitannya dengan proses nasalisasi. Keempat verba itu adalah
(a) verba berprefiks me- (termasuk verba me-kan, dan me-i), (b) verba berprefiks me- dengan pangkal per-, per-kan, dan per-l), (c) verba berprefiks ber-, dan (d) verba dasar
(tanpa afiks apapun).
Kaidah penasalan untuk verba
berprefiks me- (dengan nomina pe- dan pe-an)
yang diturunkan adalah sebagai berikut.
1)
Nasal tidak akan muncul
bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem / l, r, w, y, m, n, ny, atau ng/.
Contoh:
§
Meloncat, peloncat,
peloncatan
§
Merawat, perawat,
perawatan
2)
Akan muncul nasal /m/ bila
bentuk dasarnya mulai dengan fonem /b, p, dan f/. Contohnya:
§ Membina, pembina, pembinaa
§ Memilih, pemillih, pemilihan
3)
Akan muncul nasal /n/ bila
bentuk dasarnya mulai dengan fonem /d, atau t/. Contoh:
§ Mendengar, pendengar, pendengaran
§
Mendapat, pendapat,
pendapatan
4)
Akan muncul nasal /ny/
bila bentuk dasarnya mulai denga fonem /s, c, dan j/. Contoh:
§ Menyambut, penyambut, penyambutan
§
Menyakiti, penyakit,
penyakitan
5)
Akan muncul nasal /ng/
bila bentuk dasarnya diawali dengan fonem /k, g, h, kh, a, i, u, e, atau o/.
Contoh:
§ Mengirim, pengirim, pengiriman
§
Menggali, penggali,
penggalian
6)
Akan muncul nasal /nge-/
apabila bentuk dasarnya berupa kata ekasuku. Misalnya:
§
Mengetik, pengetik,
pengetikan
§
Mengelas, pengelas,
pengelasan
Kaidah penasalan untuk verba
berprefiks me- yang bentuk dasarnya berupa
pangkal berafiks per-, per-kan,
dan per-l (dengan nomina bentuk pe- dan pe-anyang
diturunkannya) adalah sebagai berikut.
1. Fonem /p/ sebagai fonem awal pada dasar yang berupa pangkal per-, per-kan, atau per-l tidak diluluhkan dengan nasal /m/ bila
diimbuhi prefiks me-,
karena fonem /p/ itu adalah sebagian dari prefiks pe- yang menjadi dasar pembentukan.
Contoh:
me + perpendek memperpendek.
2. Nomina pelaku yang diturunkan dari verba memper bersifat potensial, dan nomina
hal/proses bersifat aktual menggunakan bentuk per-an.
Contoh:
memperpendek perpendekan.
3. Nomina pelaku yang diturunkandari verba memper-kan dan memper-l adalah bentuk pemer-; ada yang aktual ada
yang masih potensial.
Contoh:
mempersatukan pemersatu.
4.
4) Nomina hal/proses yang diturunkan dari
verba memper-kan atau memper-lberbentuk pemer-an. Contoh:
mempertahankan pemertahanan.
Pembentukan nomina pelaku berprefiks pe- dan nomina hal yang berkonfiksper-an tidak memunculkan bunyi nasal kita.
Contoh:
o
Bekerja pekerja pekerjaan
o
Bertani petani pertanian
b. Kaitan dengan upaya pembentukan
istilah
Dalam peristilahan olahraga sudah ada
istilah petinju (yang diturunkan dari verbabertinju)
sebagai suatu profesi, yang berbeda dengan bentuk peninju (yang diturunkan dari verba meninju)
yang bukan menyatakan profesi. Kemudian berdasarkan bentukpetinju dibuatlah istilah-istilah dalam bidang
olahraga seperti petembak (bukan penembak), petenis (bukan
penenis), peterjun (payung) (bukan penerjun payung), pegolf (bukan penggolf).
Jika dilihat bentuk-bentuk tersebut sebenarnya menurut kaidah penasalan
haruslah bernasal. Namun, sebagai istilah yang dibuat secara analogi tidak diberi
nasal.
c. Kaitan dengan upaya semantik
Untuk memberi makna tertentu, bentuk
yang seharusnya tidak bernasal diberi nasal. Umpamanya, bentuk mengkaji dalam arti ‘meneliti’ dibedakan dengan
bentuk mengkajiyang
berarti ‘membaca Alquran’. Contoh yang lain: penjabat pejabat,
penglepasan pelepasan. Sementara itu,
tanpa perbedaan semantik, pasangan kata dengan peluluhan fonem awal bentuk
dasar dan dengan yang tanpa pelluluhan lazim digunakan orang secara bersaingan.
Contoh: mensukseskan menyukseskan,
mengkombinasikan mengombinasikan.



Kaitan dengan tipe verb
Kaitan dengan upaya pembentukan istilah Kaitan dengan upaya semantik
Casino Review | Dr. McD
BalasHapusGet a FREE Casino 정읍 출장샵 bonus when you 거제 출장샵 sign up at Online Slots.com. * 강원도 출장마사지 This Casino supports MGA and EGT casinos. 충청북도 출장샵 No 경주 출장마사지 deposit and first deposit bonus up