Rabu, 02 November 2016

Morfofonemik

4.1 MORFOFONEMIK
Morfofonemik adalah cabang linguistik yang mempelajari perubahan bunyi diakibatkan adanya pengelompokkan morfem.  Nelson francis (1958) menyatakan bahwa morfofonemik mempelajari variasi-variasi yang tampak pada struktur fonemik alomorf-alomorf sebagai akibat pengelompokkan menjadi kata. Samsuri (1982:28) bahwa morfofonemik merupakan studi tentang perubahan-perubahan fonem yang disebabkan hubungan dua morfem atau lebih serta pemberian tanda-tandanya. Morfofonemik mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain (Ramlan, 1985:75). Menurut Sumadi (2010:140) morfofonemik ialah “perubahan fonem” yang terjadi akibat bertemunya morfem yang satu dengan morfem yang lain. Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Zaenal Arifin dan Junaiyah (2009:16) morfofonemik ialah proses berubahannya suatu fonem menjadi fonem lain sesuai dengan fonem awal kata yang bersangkutan.
Jadi dapat saya simpilkan bahwa morfofonemik yaitu prosesperubahan fonem yang ditimbul akibat adanya pertemuan antar morfem dengan morfem lain.
4.1.1 Jenis perubahan Morfofonemik
 Berikut akan dibicarakan beberapa jenis perubahan fonem dan bentuk-bentuk morfofonemik pada beberapa proses morfologi.
Jenis perubahan


 Pemunculan    fonem     Pelepasan fonem    Peluluhan fonem    Perubahan fonem    Pergeseran fonem
 a)      Pemunculan fonem, yakni munculnya fonem (bunyi) dalam proses morfologi yang pada mulanya tidak ada. Misalnya, dalam proses pengimbuhan prefixme- pada dasar baca akan memunculkan bunyi sengau [m] yang semula tidak ada.
b)      Pelepasan fonem, yakni hilangnya fonem dalam suatu proses morfologi. Misalnya, dalam proses pengimbuhan prefix ber- dilesapkan. Juga, dalam proses pengimbuhan “akhiran” wan pada dasar sejarah, maka fonem /h/ pada dasar sejarah itu dilesapkan. Contoh lain, dalam proses pengimbuhan “akhiran” –nda pada dasar anak, maka fonem /k/ pada dasar itu menjadi lesap atau dihilangkan.
c)      Peluluhan fonem, yakni luluhnya sebuah fonem serta disenyawakan dengan fonem lain dalam suatu proses morfologi. Umpamanya, dalam pengimbuhan prefiks me- pada dasar sikat, maka fonem /s/ pada kata sikat itu diluluhkan dan disenyawakan dengan fonem nasal /ny/ yang ada pada prefiks me- itu. Juga terjadi pada proses pengimbuhan prefiks pe.
d)     Perubahan fonem, yakni berubahnya sebuah fonem atau sebuah bunyi, sebagai akibat terjadinya proses morfologi. Umpamanya, dalam pengimbuhan prefiks ber- pada dasar ajar terjadi perubahan bunyi, dimana fonem /r/ berubah menjadi fonem /l/.
e)      Pergeseran fonem, yaitu berubahnya posisi sebuah fonem dari satu suku kata ke dalam suku kata yang lainnya. Umpamanya, dalam pengimbuhan sufiks –Ipada dasar lompat, terjadi pergeserab dimana fonem /t/ yang semula berada pada suku kata ­pat menjadi berada pada suku kata ti.
Demikian juga dalam pengimbuhan sufiks –an pada dasar jawab. Disini fonem /b/ yang semula berada pada suku kata wab berpindah menjadi berada pada suku kata ban.
4.1.2 Morfofonemik pembentukan kata bahasa Indonesia
Morfofonemik dalam pembentukan kata bahasa Indonesia terutama terjadi dalam proses afiksasi. Dalam proses reduplikasi dan komposisi hamper tidak ada. Dalam proses afiksasi pun terutama, hanya dalam prefiksasi ber-, prefiksasi me-,prefiksasi pe-, prefiksasi per-, konfeksasi pe-an, konfeksasi per-an, dan sufiksasi–an.
                                                                   Proses Prefikasi

prefiksasi ber-      Prefiksasi me-     Prefiksasi pe- dan konfiksasi pe-an   Sufiksasi –an       Prefiksasi ter-
a)      Prefikasi ber-
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan prefiks ber- berupa : pelepasan fonem /r/ pada prefiks ber- itu, perubahan fonem /r/ pada prefiks ber- itu menjadi fonem /l/, dan pengekalan fonem /r/ yang terdapat prefiks ber itu.
1.      Pelepasan fonem /r/ pada prefiks ber- itu terjadi apabila bentuk dasar yang diimbuhi mulai dengan fonem /r/, atau suku pertama bentuk dasarnya berbunyi [er].
2.      Perubahan fonem /r/ pada prefiks ber- menjadi fonem /l/ terjadi bila bentuk dasarnya akar ajar, tidak ada contoh lain.
3.      Pengekalan fonem /r/ pada prefiks ber- tahap /r/ terjadi apabila bentuk dasarnya bukan yang ada pada (1) dan (2) di atas.
b)      Prefiksasi me- (termasuk klofiks me-kan dan me-i)
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan dengan prefiks me- dapat berupa pengekalan fonem, penambahan fonem, dan peluluhan fonem.
1.      Pengekalan fonem disini artinya tidak ada fonem yang berubah, tidak ada yang dilepaskan dan tidak ada yang ditambahkan. Hal ini terjadi apabila bentuk dasarnya diawali dengan konsonan /r, l, w, m, n, ng, dan ny/.
2.      Penambahan fonem, yakni penambahan fonem nasal /m, n, ng, dan nge/. Penambahan  fonem nasal /m/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /b/ dan /f/. umpamanya.
Me + baca                    membaca
Ø Penambahan fonem nasal /n/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /d/. umpamanya.          Me + dengar                mendengar
Ø    Penambahan fonem nasal /ng/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /g, h, kh, a, l, u, e, dan o/. Contoh : Me + goda                   menggoda
Ø    Penambahan fonem nasal /nge/ terjadi apabila bentuk dasarnya hanya terdiri dari sati kata. Misalnya:        Me + cat                      mengecat
3.      Peluluhan fonem terjadi apabila prefiks me- diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan bersuara /s, k, p, dan r/. dalam hal ini konsonan /s/ diluluhkan dengan nasal /ny/, konsonan /k/ diluluhkan dengan nasal /ng/. konsonan /p/ diluluhkan dengan nasal /m/, dan konsonan /t/ diluluhkan dengan nasal /n/. Misalnya:Me + dengar                mendengar
c)      Prefiksasi pe- dan konfiksasi pe-an
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan dengan prefiks pe- dan konfikspe-an sama dengan morfofonemik yang terjadi dalam proses pengimbuhan dengan me-, yaitu pengekalan fonem, penambahan fonem dan peluluhan fonem.
1.      Pengekalan fonem, artinya tidak ada perubahan fonem, dapat terjadi apabila bentuk dasarnya diawali dengan konsonan /r, l, y, m, n, ng, dan ny/.
2.      Penambahan fonem, yakni penambahan fonem nasal /m, n, ng, dan nge/ antara prefiks dan bentuk dasar. Penambahan fonem nasal /m/ terjadi apabila bentuk dasarnya diawali oleh konsonan /b/.
3.       Penambahan fonem nasal /n/ terjadi apabila bentuk dasarnya diawali oleh konsona /d/.
4.        Penambahan fonem nasal /ng/ terjadi apabila bentuk dasarnya diawali dengan   konsonan /g, h, kh, a, l, u, e, dan o/.
5.        Penambahan fonem nasal /nge/ terjadi apabila bentuk dasarnya berupa bentuk dasar satu suku.
6.        Peluluhan fonem, apabila prefiks pe- (atau pe-an) diimbuhkan pada bentuk dasar yang diawali dengan konsonan bersuara /s, k, p, dan t/. Dalam hal ini konsonan /s/ diluluhkan dengan nasal /ny/, konsonan /k/ diluluhkan dengan nasal /ng/, konsonan /p/ nasal /n/. Perifikasi per- dan konfiksasi per-an
Morfofonemik dalam pengimbuhan prefiks per- dan konfiks per-an dapat berupa pelepasan fonem /r/ pada prefiks per- itu, perubahan fonem /r/ dari prefiks per-an itu menjadi fonem /l/, dan pengekalan fonem /r/ tetap /r/.
1.      Pelepasan fonem /r/ terjadi apabila bentuk daasrnya dimulai dengan fonem /r/ atau suku pertamanya /er/. 
2.      Perubahan fonem /r/ menjadi /l/ terjadi apabila bentuk dasarnya berubah kata ajar. Pengekalan finem /r/ terjadi apabia bentuk dasarnya bukan yang disebabkan pada a dan b di atas.
d)     Sufiksasi –an
Morfofonemik dalam pengimbuhan sufiks ­–an dapat berupa permunculan fonem dan pergeseran fonem.
1.      Pemunculan fonem, ada tiga macam fonem yang dimunculkan dalam pengimbuhan ini, yaitu fonem /w/, fonem /y/, dan fonem glottal /?/. Pemunculan fonem /w/ dapat terjadi apabila sufiks –an
2.      Pergeseran fonem, terjadi apabila sufiks –an itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhiran dengan sebuah konsonan. Dalam pergeseran ini, konsonan tersebut bergeser membentuk suku kata baru dengan sufuk –antersebut.
e)      Prefiksasi ter-
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan dengan prefiks ter- dapat berupa pelepasan fonem /r/ dari prefiks ter- itu, perubahan fonem /r/ dari prfiks ter-itu menjadi fonem /l/, dan pengekalan fonem /r/ itu.
(1)       Pelepasan fonem dapat terjadi apabila prefiks ter- itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan /r/.
(2)       Perubahan fonem /r/ pada prefiks ter- menjadi fonem /l/ terjadi apabila prefiks ter- itu diimbuhkan pada bentuk dasar anjur.
(3)       Pengekalan fonem /r/ pada prefiks ter- tetap menjadi /r/ apabila prefikster- itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang bukan disebutkan pada a dan b diatas.
4.2 Bentuk Nasal Dan Tak Bernasal
Hadir dan tidaknya bunyi nasal dalam pembentukan kata bahasa Indonesia sangat erat kaitannya dengan tiga hal, yakni : pertama, tipe verba yang “menurunkan” bentuk kata itu; kedua, upaya pembentukan kata sebagai istilah; ketiga, upaya pemberian makna tertentu.
a.       Kaitan dengan tipe verba
Dalam bahasa Indonesia ada empat macam tipe verba dalam kaitannya dengan proses nasalisasi. Keempat verba itu adalah (a) verba berprefiks me- (termasuk verba me-kan, dan me-i), (b) verba berprefiks me- dengan pangkal per-, per-kan, dan per-l), (c) verba berprefiks ber-, dan (d) verba dasar (tanpa afiks apapun).
Kaidah penasalan untuk verba berprefiks me- (dengan nomina pe- dan pe-an) yang diturunkan adalah sebagai berikut.
1)           Nasal tidak akan muncul bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem / l, r, w, y, m, n, ny, atau ng/. Contoh:
§  Meloncat, peloncat, peloncatan        
§   Merawat, perawat, perawatan
2)        Akan muncul nasal /m/ bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem /b, p, dan f/. Contohnya:
§  Membina, pembina, pembinaa
§   Memilih, pemillih, pemilihan
3)        Akan muncul nasal /n/ bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem /d, atau t/. Contoh:
§  Mendengar, pendengar, pendengaran   
§  Mendapat, pendapat, pendapatan
4)        Akan muncul nasal /ny/ bila bentuk dasarnya mulai denga fonem /s, c, dan j/. Contoh:
§  Menyambut, penyambut, penyambutan    
§  Menyakiti, penyakit, penyakitan
5)        Akan muncul nasal /ng/ bila bentuk dasarnya diawali dengan fonem /k, g, h, kh, a, i, u, e, atau o/. Contoh:
§  Mengirim, pengirim, pengiriman 
§  Menggali, penggali, penggalian
6)    Akan muncul nasal /nge-/ apabila bentuk dasarnya berupa kata ekasuku. Misalnya:
§  Mengetik, pengetik, pengetikan  
§   Mengelas, pengelas, pengelasan
Kaidah penasalan untuk verba berprefiks me- yang bentuk dasarnya berupa pangkal berafiks per-, per-kan, dan per-l (dengan nomina bentuk pe- dan pe-anyang diturunkannya) adalah sebagai berikut.
1.      Fonem /p/ sebagai fonem awal pada dasar yang berupa pangkal per-, per-kan, atau per-l tidak diluluhkan dengan nasal /m/ bila diimbuhi prefiks me-, karena fonem /p/ itu adalah sebagian dari prefiks ­pe- yang menjadi dasar pembentukan.
Contoh: me + perpendek  memperpendek.
2.      Nomina pelaku yang diturunkan dari verba memper bersifat potensial, dan nomina hal/proses bersifat aktual menggunakan bentuk per-an.
Contoh: memperpendek  perpendekan.
3.      Nomina pelaku yang diturunkandari verba memper-kan dan memper-l adalah bentuk pemer-; ada yang aktual ada yang masih potensial.
Contoh: mempersatukan  pemersatu.
4.      4)      Nomina hal/proses yang diturunkan dari verba memper-kan atau memper-lberbentuk pemer-an. Contoh: mempertahankan  pemertahanan.
Pembentukan nomina pelaku berprefiks pe- dan nomina hal yang berkonfiksper-an tidak memunculkan bunyi nasal kita. Contoh:
o   Bekerja  pekerja  pekerjaan 
o    Bertani  petani  pertanian
b.      Kaitan dengan upaya pembentukan istilah
Dalam peristilahan olahraga sudah ada istilah petinju (yang diturunkan dari verbabertinju) sebagai suatu profesi, yang berbeda dengan bentuk peninju (yang diturunkan dari verba meninju) yang bukan menyatakan profesi. Kemudian berdasarkan bentukpetinju dibuatlah istilah-istilah dalam bidang olahraga seperti petembak (bukan penembak), petenis (bukan penenis), peterjun (payung) (bukan penerjun payung), pegolf (bukan penggolf). Jika dilihat bentuk-bentuk tersebut sebenarnya menurut kaidah penasalan haruslah bernasal. Namun, sebagai istilah yang dibuat secara analogi tidak diberi nasal. 
c.       Kaitan dengan upaya semantik
Untuk memberi makna tertentu, bentuk yang seharusnya tidak bernasal diberi nasal. Umpamanya, bentuk mengkaji dalam arti ‘meneliti’ dibedakan dengan bentuk mengkajiyang berarti ‘membaca Alquran’. Contoh yang lain: penjabat  pejabat, penglepasan pelepasan. Sementara itu, tanpa perbedaan semantik, pasangan kata dengan peluluhan fonem awal bentuk dasar dan dengan yang tanpa pelluluhan lazim digunakan orang secara bersaingan.
Contoh: mensukseskan  menyukseskan, mengkombinasikan  mengombinasikan.
Dapat disimpulkan bahwa bentuk nasal sangat erat kaitannya dengan tiga hal antara lain:                                                   Bentuk nasal dan tak bernasal

Kaitan dengan tipe verb       Kaitan dengan upaya pembentukan istilah       Kaitan dengan upaya semantik
     






1 komentar:

  1. Casino Review | Dr. McD
    Get a FREE Casino 정읍 출장샵 bonus when you 거제 출장샵 sign up at Online Slots.com. * 강원도 출장마사지 This Casino supports MGA and EGT casinos. 충청북도 출장샵 No 경주 출장마사지 deposit and first deposit bonus up

    BalasHapus