5.1 PROSES MORFOLOGI (AFIKSASI)
Proses morfologis ialah cara pembentukan
kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan yang lain (Samsuri,
1982:190). Atau, proses yang dialami bentuk-bentuk lingual dalam menyusun
kata-kata (Ahmadslamet, 1982:58). Lebih jelas, proses morfologis ialah proses
pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya (Ramlan,
1983:44).
Jadi menurut saya proses morfologi yaitu proses pembentukan kata dari suatu bentuk dasar menjadi suatu bentuk
jadian. Proses ini , meliputi afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi
(pengulangan), dan komposisi (pemajemukan).
5.1.1 Afiksasi
Afiksasi merupakan unsur yang
ditempelkan dalam pembentukan kata dan dalam lingistik afiksasi bukan merupakan
pokok kata melainkan pembentukan pokok kata yang baru. Sehingga para ahli
bahasa merumuskan bahwa, afiks merupakan bentuk terikat yang dapat ditambahkan
pada awal, akhir maupun tengah kata (Richards,1992). Ahli lain
mengatakan, afiks adalah bentuk terikat yang apabila ditambahkan ke bentuk lain
akan mengubah makna gramatikalnya (Kridalaksan, 1993). Dasar yang dimaksud pada
penjelasan tersebut adalah bentuk apa saja, baik sederhana maupun kompleks yang
dapat diberi afiks apapun (Samsuri, 1988). Afiks ialah bentuk kebahasaan
terikat yang hanya mempunyai arti Gramatikal,yang merupakan unsur langsung
suatu kata,tetapi bukan merupakan bentuk dasar, yang memiliki kesanggupan untuk
membentuk kata-kata baru(Masnur Muslich,2010:41).
Dapat
saya simpulkan afiksasi merupakan nama lain dari morfem terikat. Morfem terikat
merupakan kata yang tidak dapat berdiri sendiri. Afiksasi adalah salah satu
proses dalam pembentukan kata turunan baik berkategori verba, berkategori
nomina maupun yang berkategori ajektiva.
5.1.1.1
Pembentukan verba
Afiks-afiks
pembentukan verba
|
||||||||||||
prefiks ber-
|
konfiks dan klofiks ber-an
|
klofiks ber-kan
|
sufiks –kan
|
sufiks –i
|
prefiks per-
|
konfiks per-kan
|
konfiks per-i
|
prefiks me-
|
prefiks di-
|
prefiks ter-
|
prefiks ke-
|
konfiks ke-an
|
1. Verba
Berprefiks ber-
Makna
gramatikal verba berprefiks ber- yang dapat dicatat, antara
lain yang menyatakan:
Makna gramatikal
|
komponen makna
|
Contoh
|
1.
‘mempunyai (dasar) ′ atau ′ada (dasar)
nya′.
|
(+
benda), (+ umum), (+milik) dan atau (+ bagian)
|
-
berjendela ′ada jendelanya′
- berkewajiban ′mempunyai kewajiban′.
|
2.
′memakai′ atau ′mengenakan′
|
komponen
makna (+ pakaian) atau (+ perhiasan).
|
-
berjilbab ′memakai jilbab′
- berjaket kulit ′memakai jaket kulit′.
|
3.
′mengendarai′, ′menumpang′, atau
′naik′
|
(+
kendaraan).
|
- bersepeda
′mengendarai
sepeda′
- berkuda
′naik kuda′.
|
4.
′berisi′ atau ′mengandung′.
|
(+
benda), (+dalaman), (+ kandungan).
|
- beracun
′mengandung
racun′
- berkuman ′mengandung kuman′
|
5.
′mengeluarkan atau menghasilkan′.
|
(+
benda), (+ hasil), atau (+ keluar).
|
- berproduksi
′menghasilkan produksi′
- bertelur ′mengeluarkan telur′.
|
6.
′mengusahakan′ atau ′mengupayakan′.
|
(+
bidang usaha).
|
-
beternak ′mengusahakan ternak′
- bercocok tanam ′mengusahakan cocok
tanam′.
|
7.
′melakukan kegiatan′
|
(+
benda) dan (+ kegiatan)
|
-
berdebat ′melakukan debat′
- berolahraga ′melakukan olahraga′.
|
8.
′menyebut′ atau ′menyapa′
|
(+
kerabat) dan (+ sapaan).
|
-
berkakak ′menyebut kakak′
- bertuan ′memanggil tuan′.
|
9.
′kumpulan′ atau ′kelompok′
|
(+
jumlah) atau (+ hitungan).
|
-
berdua ′kumpulan dari dua (orang)′
- berlima ′kumpulan dari lima (orang)′.
|
10. ′memberi′
|
(+
benda) dan (+ berian).
|
- bersedekah
′memberi sedekah′
- berkhotbah ′memberi khotbah′.
|
11. ′menyebut′
atau ′menyapa′
|
(+
kerabat) dan (+ sapaan).
|
-
berkakak ′menyebut kakak′
- bertuan ′memanggil tuan′.
|
2.
Verba Berkonfiks dan Berklofiks Ber-an
Verba berbentuk ber-an seperti
pada kata bermunculan dan berpakaian memiliki dua macam proses
pembentukan. Pertama, yang berupa konfiks, artinya prefiks ber- dan sufiks
–an itu diimbuhkan secara bersamaan sekaligus pada sebuah bentuk
dasar. Kedua, yang berupa klofiks artinya prefiks
ber- dan sufiks –an itu
tidak diimbuhkan secara bersamaan pada sebuah dasar. Dalam hal ini pada bentuk
dasar, mula-mula diimbuhkan sufiks –an baru kemudian
diimbuhkan lagi prefiks ber-.
3.
Verba Berklofiks Ber-kan
Verba berklofiks ber-kan dibentuk
dengan proses, mula-mula pada bentuk dasar diimbuhkan prefiks ber-, lalu
diimbuhkan pula sufiks –kan. Misalnya mula-mula pada kata
dasar senjata diimbuhkan prefiks ber- menjadi bersenjata,lalu
pada kata bersenjata diimbuhkan pula sufiks –kan sehingga menjadi bersenjatakan. Prefiks ber- dan
sufiks –kan pada verba ber-kan memiliki maknanya
masing-masing, di mana prefiks ber- memiliki makna gramatikal seperti pada
subbab 1, sedangkan sufiks –kan memiliki makna gramatikal ′akan′. Contoh
berikut:
- bersenjatakan ′menggunakan
senjata akan (clurit) ′, - berisikan ′mempunyai isi akan (air) ′.
4. Verba
Bersufiks –kan
Verba bersufiks –kan digunakan dalam:
Kegunaan
|
Pola
|
Contoh
|
1. kalimat
imperative
|
|
lemparkan bola itu
ke sini!
|
(2) kalimat
pasif
|
predikatnya
berpola: (aspek) + pelaku + verba, dan
subjeknya menjadi sasaran tindakan
|
-rumah
itu baru kami dirikan - jembatan itu akan mereka robohkan.
|
(3) keterangan
tambahan
|
subjek
atau objek yang berpola: yang + (aspek) +
pelaku + verba.
|
-
uang yang baru kami terima sudah habis lagi.
|
Verba bersufiks –kan memiliki makna
gramatikal:
(1) jadikan, memiliki
komponen makna (+ keadaan) atau (+ sifat khas) seperti ‘terangkan’;
(2) jadikan berada di,
komponen makna (+ tempat) atau (+ arah) seperti ‘pinggirkan’;
(3) lakukan untuk orang
lain memiliki komponen makna (+ tindakan) dan
(+
sasaran) seperti ‘bukakan’
(4) lakukan akan
memiliki komponen makna (+ tindakan) dan
(+ sasaran)
seperti ‘lemparkan’
(5) bawa masuk ke
memiliki komponen makna (+ ruang) seperti ‘asramakan’
5. Verba
Bersufiks –i
Verba bersufiks
–i memiliki makna gramatikal:
(1) berulang
kali memiliki komponen makna (+ tindakan) dan
(+sasaran)
seperti pukuli, artinya ′pekerjaan pukul dilakukan berulang kali′.
(2) tempat
memiliki komponen makna (+ tempat) seperti duduki, artinya ′duduk di ..
(3) merasa
sesuatu pada memiliki komponen makna (+ sikap batin) atau (+ emosi) seperti
kasihi, artinya ′merasa (4) beri atau bubuh pada kasihi,
artinya ′merasa kasih pada′ seperti airi, artinya ′beri air
pada′.
(5) sebabkan
atau jadikan memiliki komponen makna (+ bahan berian) seperti cukupi, artinya
′jadikan cukup′
(6) lakukan
pada memiliki komponen makna (+ tindakan) dan
(+ tempat) seperti tulisi, artinya ′lakukan tulis pada′
6.
Verba Berprefiks per-
Verba berprefiks per- memiliki
makna gramatikal:
(1) jadikan lebih
komponen makna (+keadaan) atau (+ situasi) seperti pertinggi, artinya ′jadikan
lebih tinggi′
(2) anggap sebagai
memiliki komponen makna (+ sifat khas) seperti perkuda, artinya ′anggap sebagai
kuda′
(3) bagi memiliki
komponen makna (+ jumlah) atau (+ bilangan) seperti perdua, artinya ′bagi dua′.
7. Verba
Berkonfiks per-kan
(1) Jadikan bahan
(per-kan) memiliki komponen makna (+ kegiatan). Contoh:
- perdebatkan, artinya ′jadikan
bahan perdebatan′.
(2) Lakukan supaya
memiliki komponen makna (+ keadaan) seperti persamakan, artinya ′lakukan supaya
sama′.
(3) Jadikan me-
memiliki komponen makna (+ tindakan)Contohperdengarkan, artinya ′jadikan (orang
lain) mendengar′.
(4) Jadikan ber- memiliki
komponen makna (+ kejadian) Contoh:perhubungkan, artinya ′jadikan berhubungan′.
8. Verba Berkonfiks per-i
Verba per-i memiliki makna gramatikal:
(1) lakukan supaya jadi
memiliki makna gramatikal ′lakukan supaya jadi′ Apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna (+ keadaan)Contoh perbaiki, artinya ′lakukan supaya jadi baik′.
(2) lakukan (dasar)
pada objeknya memiliki komponen makna (+ tindakan)
dan (+
lokasi)Contoh:persetujui, artinya ′lakukan setuju pada objeknya′.
9.
Verba Berprefiks me-
A. Verba Berprefiks me- inflektif
Bentuk dasar atau pangkal verba
berprefiks me- inflektif memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran).
Jadi, bentuk dasar atau pangkal dalam pembentukan verba inflektif, di samping
berbentuk morfem dasar atau akar juga termasuk verba bersufiks –kan, bersufik
–i, berprefiks per-, berkonfiks per-kan dan berkonfiks per-i.
Contoh:Membaca,Melupakan, Merestui.
B. Verba Berprefiks me- derivatif
Verba berprefiks me- derivatif memiliki
makna gramatikal:
(1) makan, minum,
mengisap,(2) mengeluarkan,(3) menjadi,(4) menjadi
seperti,(5) menuju,(6) memperingati.
10. Verba
Berprefiks di-
Ada dua macam verba berprefiks di-,
yaitu verba berprefiks di- inflektif dan verba berprefiks di- derivatif.
A. Verba berprefiks di-
inflektif adalah verba pasif. Tindakan dari verba
berprefiks me- inflektif. Maka makna
gramatikalnya adalah kebalikan dari bentuk aktif verba berprefiks me-
inflektif.
B. Verba berprefiks di- derivatif sejauh
data yang diperoleh hanya ada katadimaksud, yang lain tidak ada.
11. Verba
Berprefiks ter-
Ada dua macam verba berprefiks ter-,
yaitu verba berprefiks di- inflektif dan verba berprefiks ter- derivatif.
A. Verba berprefiks ter- inflektif
Verba berprefiks ter- inflektif adalah
verba pasif keadaan dari verba berprefiks me- inflektif. Makna gramatikal verba
berprefiks ter- inflektif, selain sebagai kebalikan pasif keadaan dari verba
berprefiks me- inflektif, juga memiliki makna gramatikal.
(1) dapat /
sanggup,(2) tidak sengaja,(3) sudah terjadi.
B. Verba berprefiks ter- derivatif
Verba berprefiks ter- derivatif memiliki
makna gramatikal:
(1) paling,(2) dalam
keadaan,(3) terjadi dengan tiba-tiba.
5.1.1.2
Pembentukan nomina
Afiks-afiks
pembentukan nomina
|
|||||||||
prefiks ke-
|
konfiks ke-an
|
Prefiks pe-
|
Konfiks
Pe-an
|
Konfiks
Pe-an
|
Sufiks -an
|
Sufiks -nya
|
Prefiks ter-
|
Infiks –el,-em,-er
|
Sufiks dari bahasa asing
|
1. Nomina
Berprefiks ke
Nomina berprefiks ke- sejauh data yang ada
hanyalah ada tiga buah kata, yaitu ketua,
kekasih dan berkehendak dengan makna gramatikal ‘yang dituai’,
‘yang dikasihi’ dan ‘yang dikehendak’.
2. Nomina
berkonfiks ke-an
Pembentukan ada 2 (dua) macam :
1. Di bentuk langsung dari bentuk akar
(dari akar tunggal maupun akar majemuk)
Contoh: kehutanan -> hutan + ke-an
2. Di bentuk dari akar melalui verba
menjadi predikat dalam satu klausa.
Contoh: keberanian -> dari verba
berani
3. Nomina
Berkonfiks pe-
Ada dua macam proses pembentukan dengan
prefiks pe-.
1. Prefiks pe- yang menggunakan kaidah
persengauan. Yang menggunakan kaidah persengauan mempunyai hubungan dengan
verba berprefiks me- transitif dan verba dasar.contoh: Perawat (verba: merawat),Perakit (verba: merakit).
2. Prefiks pe- yang tidak mengikuti kidah
persengauan. Yang tidak menggunakan kaidah persengauan mempunyai hubungan
dengan verba berprefiks ber- yang menyatakan tindakan. Contoh
: Peladang(dari dasar ladang melalui verba barladang), Pedagan(dari
dasar dagang melalui
verba berdagang).
4. Nomina Berkonfiks pe-an
Konfiks pe-an dalam pembentukan nomina
mempunyai enam buah bentuk atau alomorf, yaitu pe-an, pem-an, pen-an, peny-an,
peng-an, dan penge-an. Kaidah penggunaan nya sejalan
dengan kaidah persengauan prefiks me- maupun prefiks pe-, yaitu :
Bentuk alomorf pe-an digunakan apabila bentuk dasarnya
berawal dengan fonem | r, l,
w, y, m, n, ny, dan ng |. Contoh:Perawatan,Pelarian.
5. Nomina Berkonfiks per-an
Ada dua macam proses pembentukan nomina
dengan konfiks per-an.
1. Nomina berkonfiks per-an yang dibentuk dari dasar melalui verba ber- bentuknya mengikuti perubahan bentuk
prefiks ber-, sehingga
menjadi bentuk per-an, pe-an,
pel-an.
Bentuk atau alomorf per-an digunakan apabila diturunkan dari
dasar memulai verba berbentuk ber-,
seperti Perdagangan(dari verba berdagang) ,Perselingkuhan(dari
verba berselingkuh).
2. Nomina
berkonfiks per-an yang dibentuk dari dasar (baik
akar maupun bukan) nomina, seperti: Perkaretan,Perburuhan.
6. Nomina Bersufiks –an.
Ada tiga macam proses pembentukan nomina bersufiks –an.
1) Nomina brsufiks –an yang dibentuk dari dasar
melalui verba berprefiks me- inflektif memiliki makna gramatikal:
·
1. Hasil
me- (dasar).
·
2. Yang di- (dasar).
·
3. Alat me- (dasar).
2) Nomina bersufiks –an yang dibentuk dari dasar
melalui verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘tempat ber
(dasar)’. Misalnya, nomina kubangan, tepian danpangkalan pada kalimat-kalimat berikut:
Lubang-lubang di jalan itu ada yang sebesar kubangan kerba(kubang berarti ‘tempat berkubang’).
3) Nomina Bersufiks –an yang dibentuk dari dasar
langsung memiliki makna gramatikal:
·
Tiap-tiap.
·
Banyak (dasar).
·
Bersifat (dasar).
7. Nomina
Bersufiks –nya
Ada dua bentuk –nya, yaitu:
1. -nya sebagai pronomina persona ketiga
tunggal, sepert dalam kalimat: saya
mau minta tolong kepadanya.
2. -nya sebagai sufiks seperti terdapat
pada kata-kata naiknya,
turunya, dan mahalnya.
Sebagai sufiks –nya membentuk nomina dengan makna gramatikal:1)Hal
(dasar) 2)Penegasan.
8.
Nomina Berprefiks ter-
Nomina berprefiks ter- dengan makna gramatikal ‘yang di-
(dasar)’ hanya terdapat sebagai istilah dalam bidang hukum. Nomina tersebut
adalah tersangka, terperiksa,terdakwa, tergugat, tertuduh, terhukum, dan terpidana.
9. Nomina
Berprefiks –el-, -em-, dan, -er-
Infiksasi dalam bahasa indonesia sudah
tidak produktif lagi. Artinya, tidak digunakan lagi untuk membentuk kata-kata
baru. Nomina berprefiks yang ada adalah: Telapak=tapak, Telunjuk= tujuk.
10. Nomina Bersufiks Asing
Dalam berkembangnya bahasa indonesia
banyak menyerap kosakata asing, terutama dari bahasa Arab, Inggris, dan
Belanda. Artinya kosakata itu diserap sekaligus dengan “sufiks” yang menjadi
penanda kategori kata serapan itu.
5.1.1.3
Pembentukan ajektifa
Afiks-afiks
pembentukan ajektifa
|
|||||||
prefiks pe-
|
prefiks se-
|
Prefiks ter-
|
Konfiks
ke-an
|
Klofiks
me-kan
|
Klofiks me -i
|
komponen Makna (+ keadaan)
|
Pembentukan Ajektiva dengan “Afiks”
Serapan
|
1. Dasar Adjektiva Berprefiks pe-
Ada dua macam proses pembubuhan prefiks pe- pada dasar adjektiva. Yaitu, pertama yang diimbuhkan secara langsung dan kedua diimbuhkan melalui verba berafiks me-kan.
Ada dua macam proses pembubuhan prefiks pe- pada dasar adjektiva. Yaitu, pertama yang diimbuhkan secara langsung dan kedua diimbuhkan melalui verba berafiks me-kan.
(1) Dasar + pe- => pe-dasar
(2) Dasar => me-dasar-kan + pe- => pe-dasar
2. Dasar Adjektiva
Berprefiks se-
Pemberian prefiks se- pada semua dasar adjektiva memberi
maakna gramatikal ‘sama (dasar)’ dengan nomina yang mengikutinya. Misalnya:
-
Sepandai A, “sama pandai dengan A”
*Contoh dalam kalimat: Roni sepandai Rina dalam hal menggambar.
-
Secantik B, “sama cantik dengan B”
*Contoh dalam kalimat: Reni secantik bidadari meski dia tidak bersolek.
-
Setinggi C, “sama tinggi dengan C”
*Contoh dalam kalimat: Tiang listrik itu setinggi tiang bendera di sana.
-
Semahal D, “sama mahal dengan D”
*Contoh dalam kalimat: Baju anak-anak semahal baju orang dewasa.
3.
Dasar Adjektiva Berprefiks ter-
Pengimbuhan prefiks ter- pada semua dasar adjektiva memberi makna gramatikal ‘paling (dasar)’.
Misalnya:
-
Tercantik, “paling cantik”
4.
Dasar Adjektiva Berkonfiks ke-an
Pengimbuhan konfiks ke-an pada dasar adjektiva akan memberi
makna gramatikal ‘agak (dasar)’ bila adjektiva itu memiliki komponen makna
(+warna). Misalnya:
-
Kehitaman, “agak hitam”,contoh dalam kalimat: Mobil itu agak sedikit kehitaman berada di bawah lampu jalan.
5.
Dasar Ajektiva Berklofiks me-kan
Dasar ajektiva berklofiks me-kan
memiliki makna gramatikal “menyebabkan jadi (dasar)” apabila bentuk dasarnya
memiliki komponen makna (+ sifat batin). Misalnya:
-
Memalukan, “menyebabkan malu”
6.
Dasar Ajektiva Berklofiks me-i
Dasar ajektiva berklofiks me-i
memiliki makna gramatikal “merasa (dasar) pada” apabila bentuk dasarnya
memiliki komponen makna (+ rasa batin). Misalnya:
-
Mencintai, “merasa cinta pada”
7.
Dasar Lain Berkomponen Makna (+ keadaan)
Kosakata berkategori ajektiva dalam
bahasa Indonesia sudah merupakan “barang jadi”. Namun, yang disebut “barang
jadi” ini ada yang seratus persen berkategori ajektiva itu memiliki pula
komponen makna (+ bendaan) atau (+ tindakan). Misalnya, merah dan kuning
memiliki juga komponen makna (+ bendaan), sehingga keduanya bisa disahului
negasi bukan dan tidak. Bentu-bentuk bukan merah dan tidak merah sama-sama
berterima. Ajektiva marah dan benci juga memiliki komponen makna (+ tindakan).
8.
Pembentukan Ajektiva dengan “Afiks” Serapan
Menurut buku Pedoman Ejaan Bahasa
Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dan buku Pedoman Pembentukan Istila (PPI),
penyerapan kata dari bahasa asing dilakukan secara utuh, bukan terpisah antara
dasar dengan afiksnya. Jadi, disamping kita menyerap kata standarditition menjadi standardisasi (-ditition disesuaikan menjadi -disasi). Begitupun di samping
kita menyerap kata object menjadi objek, kita menyerap kataobjektive menjadi objektive.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar